Sabtu, 28 Mei 2022

Pentingnya Edukasi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi bagi OYPMK dan Remaja Disabilitas

 
(Foto : Freepik)


Masa remaja merupakan tahap kehidupan yang paling kompleks, baik pada remaja itu sendiri maupun orang tua yang memiliki anak remaja.

Remaja mengalami masa pertumbuhan dari usia anak menuju dewasa yang membentuk setiap sosoknya menjadi unik. Masa ini biasa disebut sebagai masa pubertas, yang bisa menjadi masa-masa menantang sekaligus membingungkan dalam kehidupan remaja mana pun.

Dan dimasa remaja ini juga, anak belajar untuk menjadi mandiri dan cenderung mengambil tanggung jawab baru, ini juga menjadi saat yang tepat bagi remaja agar lebih bertanggung jawab atas kesehatan reproduksinya sendiri.

Setiap Anak Berhak Mengetahui Kesehatan Seksual dan Reproduksinya, Terlebih bagi OYPMK dan Remaja Disabilitas 


Pendidikan kesehatan reproduksi dan informasi tentang isu seksualitas kepada remaja tidak lagi dianggap sebagai suatu hal yang tabu.

Masyarakat mulai menyadari pentingnya pendidikan kesehatan seksual menjadi langkah awal memberikan akses informasi yang akurat bagi remaja.

Hak kesehatan seksual dan reproduksi merupakan hak bagi setiap orang, tidak terkecuali orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) dan penyandang disabilitas.



Setiap anak berhak mengetahui tentang seksualitas dan kesehatan reproduksinya sendiri, terlebih bagi remaja disabilitas, untuk itu Ruang Publik KBR bekerja sama dengan NLR Indonesia menyelenggarakan acara Talk Show dengan topik "Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi bagi OYPMK dan Remaja Disabilitas" pada Kamis (25/5) secara daring bersama narasumber :
  • Westiani Agustustin, Founder Biyung Indonesia.
  • Nona Ruhel Yabloy, Project Officer HKSR NLR Indonesia.
  • Wilhelmina Ice, Remaja Champion program HKSR.

"Jika hak kesehatan seksual dan reproduksi tidak dijelaskan, maka anak dan remaja OYPMK dan disabilitas bisa menjadi korban kekerasan dan pelecehan. Ketika remaja tahu tentang informasi ini, mereka akan mampu melindungi dirinya dan mampu bersuara karena paham tentang haknya" papar Nona selaku Project Officer HKSR NLR Indonesia.

Waktu Yang Tepat Untuk Mengenalkan Tentang Pendidikan Kesehatan Seksual dan Reproduksi kepada Remaja


Memberi pendidikan seksual bisa dilakukan sejak dini, bisa dimulai dari pengenalan anggota tubuh dan bagian mana yang merupakan privasi (tidak boleh dilihat ataupun disentuh orang lain). Edukasi ini bisa disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman anak ataupun remaja.

"Terkadang yang menjadi momok bagi orang tua adalah pertanyaan dari anak yang sulit dijawab, sehingga membuat orang tua menunda melakukan pembicaraan, padahal anak harus tahu dan paham sejak kecil" ungkap Nona.

Disaat inilah orang tua sering merasa bingung, kapan waktu yang tepat untuk mengenalkan tentang apa itu kesehatan seksual dan reproduksi kepada anak dan remaja, khususnya bagi remaja disabilitas yang memiliki kemampuan pemahaman beragam.

Seperti halnya Ice, Remaja Champion program HKSR, yang telah mendapat pemahaman lebih menyeluruh saat mengikuti program HKSR (Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi).
 
Ternyata, pemahaman program HKSR ini sangatlah penting, karena pemahaman sebelumnya yang dimiliki oleh para remaja tidak semua benar dan tepat, mengingat sumber informasinya belum tentu bisa dipertanggung jawabkan.
 

Edukasi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi kepada Remaja Dimulai Sejak Dini


Menurut Badan Anak-Anak PBB, UNICEF menyatakan bahwa banyak anak perempuan tidak memiliki pemahaman yang lengkap dan akurat tentang menstruasi sebagai proses biologis yang normal. Hal ini disebabkan karena ketabuan masyarakat terkait dengan menstruasi itu sendiri.

Remaja disabilitas khususnya perempuan yang mengalami menstruasi harus paham bagaimana menjaga kesehatan dengan sering mengganti pembalut. 

Dan, bagi remaja laki-laki yang mengalami mimpi basah juga harus sudah diberi pemahaman soal ini agar tidak kebingungan menghadapi perubahan tubuhnya. 

Edukasi mengenai hak kesehatan seksual dan reproduksi bisa dimulai dari toilet training. Edukasi toilet training ini dapat menjadi media awal antara orang tua dan anak berbicara tentang ketubuhan mereka. 

Namun, tidak semua orang tua dapat memberikan hak anak tersebut. Hanya 20 persen dari populasi orang tua yang mempunyai waktu yang cukup untuk edukasi yang baik, agar dapat memberikan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi kepada sang anak. Sisanya, 80 persen orang tua memiliki keterbatasan untuk bisa memberikan edukasi dan informasi kepada anaknya.
 
Orang tua juga perlu menyaring sumber informasi agar pengetahuan yang diberikan kepada remaja akurat dan tidak menimbulkan kekhawatiran berlebihan pada remaja.

Dengan prinsip kasih sayang dan keterbukaan agar remaja akan merasa lebih nyaman dan membuka dirinya dalam membicarakan masalahnya terkait kesehatan reproduksi.

"Pemenuhan hak kesehatan seksual dan reproduksi perempuan dimulai dari ketubuhan. Ketubuhan perempuan sudah dimulai sejak usia kandungan 9 minggu. Orang tua dan keluarga harus sudah memberi pemahaman sejak dini sebagai bagian dari hak anak sama seperti memenuhi hak bertumbuh makan dan minum" jelas Westiani Agustustin selaku Founder Biyung Indonesia.

Biyung Indonesia mendorong pemerintah untuk menjamin hak kesehatan seksual dan reproduksi bagi seluruh lapisan masyarakat. Karena kesadaran dan pemahaman orang tua akan hak kesehatan seksual dan reproduksi merupakan bagian dari kebutuhan anak harus terus ditingkatkan. 

Disisi lain, peran pemerintah juga sangat penting agar setiap anak dan remaja khususnya OYPMK dan remaja Disabilitas mendapatkan hak edukasi kesehatan seksual dan reproduksi sejak dini. 

Mari kita pandu anak-anak remaja kita dengan memberikan informasi yang tepat dan benar sedini mungkin, sehingga kita dapat menyiapkan remaja dengan ragam disabilitas maupun OYPMK agar mampu menghadapi masa pubertasnya dengan sehat, bahagia, bebas dari rasa takut serta terhindar dari kekerasan dan pelecehan.




















0 komentar:

Posting Komentar