Mendengar istilah reumatik pertama kali adalah saat dokter penyakit dalam menyatakan bahwa ibunda terkena penyakit reumatik karena faktor umur. Saya termasuk yang awam banget mengenai hal ini dan sempat berpikir bahwa orang yang terkena penyakit reumatik ini adalah wanita yang sudah berusia lanjut seperti ibunda saya yang saat ini berusia 71 tahun. Dan beliau hampir setiap hari mengonsumsi obat pereda nyeri agar karena tidak kuat menahan rasa sakit yang sangat-sangat tak tertahankan. Sedihlah..
Tapi, reumatik jenis apakah yang diderita ibunda saya? Jujur, saya tidak tahu.
Apakah Anda pernah mendengar Ankylosing Spondylitis (AS) dan Psoriatic Arthritis (PsA)?
Saya sempat mencari informasi mengenai reumatik dibeberapa laman kesehatan online, dan ternyata AS dan PsA ini termasuk dua jenis dari beberapa jenis penyakit reumatik.
Makin tertarik saya untuk lebih dalam mengetahui apa itu penyakit reumatik sebenarnya. Dan, Alhamdulillah-nya pada Kamis kemarin (21/3) saya bersama rekan-rekan blogger menghadiri acara Press Conference "Biological Agent as an Innovative Treatment for Ankylosing Spondylitis (AS) dan Psoriatic Arthritis (PsA)" yang bertempat di DoubleTree by Hilton Jakarta – Diponegoro, Jl. Pegangsaan Timur No 17, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.
(Ki-ka) Jorge Warner, dr. Rudy Hidayat, SpPD-KR dan MC
Pada kesempatan ini, hadir sebagai pembicara yaitu
dr. Rudi Hidayat, SpPD-KR, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Reumatologi, RSCM, Jorge Warner, Presiden Direktur, Novartis Indonesia, dr. Adhiyatma Prakasa Gunawan sebagai pasien Ankylosing Spondylitis (SA) dan drg. Rio Suwandi sebagai pasien Psoriatic Arthritis (PsA).
Kenali Ankylosing Spondylitis (SA) dan Psoriatic Arthritis (PsA)
Ankylosing Spondylitis (AS) dan Psoriatic Arthritis (PsA) merupakan sebuah penyakit yang berkaitan dengan radang sendi kronis, yang terkait secara genetik dan klinis. Keduanya adalah penyakit Reumatik Inflamasi (Inflammatory Rheumatic) yang terkait dengan gen HLA-B27, yaitu gen kuat yang meningkatkan risiko beberapa penyakit reumatik.
Kebanyakan pasien AS dan PsA tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit tersebut, dan baru mengetahuinya setelah merasakan peradangan dan rasa sakit yang terus-menerus dan tidak tertahankan lagi, hingga menyebabkan gangguan fungsi gerak tubuh. Deteksi dini dan penanganan yang tepat bagi pasien AS dan PsA sangatlah penting guna memberikan kualitas hidup yang lebih baik.
Ankylosing Spondylitis (AS)
Merupakan penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh mulai menyerang sel dan jaringan yang sehat. Respons imun yang abnormal tersebut menyebabkan peradangan (artritis) pada sendi tulang belakang.
Penyakit ini dapat membuat ruas tulang belakang menyatu, sehingga penderita sulit bergerak, menjadi bungkuk dan mengalami kesulitan bernapas.
Fakta menunjukkan bahwa AS lebih sering diderita oleh pria dibandingkan wanita, sehingga pria memiliki 3 kali peluang lebih tinggi untuk mengalami penyakit ini.
Penyakit ini bisa terjadi di segala usia, tapi umumnya mulai berkembang pada masa remaja atau dewasa awal (sekitar usia 20 tahunan). Hanya 5% mengalami gejala setelah umur 45 tahun.
Penyakit ini dapat mempengaruhi penderita sepanjang hidupnya.
Seperti yang dialami oleh dr. Adhyatma Prakasa Gunawan sebagai salah satu penderita AS. Beliau sharing betapa beliau merasakan nyeri yang amat sangat pada bagian punggung (tulang belakangnya) sehingga beliau memeriksakan diri dan setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, dokter mendiagnosa beliau mengidap AS. Pada saat didiagnosa AS, usia beliau masih sekitar dua puluh tahunan.
(ki-ka) dr. Rio Suwandi, dr. Adhyatma Prakasa Gunawan dan MC
Psoriatic Arthritis (PsA)
Merupakan penyakit autoimun, dimana sistem kekebalan tubuh mulai menyerang sel dan jaringan yang sehat. Respons imun yang abnormal tersebut menyebabkan peradangan pada persendian serta kelebihan produksi sel-sel kulit.
Baik pria maupun wanita memiliki resiko yang sama terkena PsA. Umumnya, PsA menyerang seseorang yang berusia antara 30-50 tahun. Jika seseorang memiliki orang tua yang mengidap PsA, menambah kemungkinan tiga kali lipat unguk mereka terkena penyakit yang sama.
Seperti yang juga dialami oleh salah satu pasien penderita PsA, drg. Rio Suwandi. Beliau mengidap PsA ini karena adanya mutasi gen, padahal di keluarga drg. Rio tidak ditemukan riwayat adanya anggota keluarga lain yang mengidap PsA. Didiagnosa mengidap PsA saat usia 17 tahun, tetiba harus berhadapan dengan penyakit dengan rasa sakit yang luar biasa dan kerusakan kulit pada jari telunjuk kanannya.
Saat PsA menyerang, drg. Rio sering mengalami kesulitan untuk beraktivitas dan sebelum mengenal biological agent sebagai innovative treatment untuk pasien PsA, drg.Rio selalu sedia obat penahan rasa sakit untuk menahan rasa sakit dan nyeri yang ditimbulkan oleh PsA.
Penyebab
Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab dari AS. Namun, para ahli menduga bahwa penyakit ini mungkin disebabkan oleh faktor keturunan (genetik) dan lingkungan.
Gen HLA-B27 diduga memiliki peranan, karena 85-95% penderita menunjukkan positif pada gen tersebut. Namun, memiliki gen ini bukan berarti seseorang akan mengalami AS.
Para ahli baru-baru ini menemukan dua gen tambahan, yaitu IL23R dan ERAP1v bersama dengan HLA-B27 dapat membawa risiko genetik Ankylosing Spondylitis (AS) dan Psoriatic Arthritis (PsA)
Pasien dengan AS biasanya mengalami gejala seperti peradangan, rasa sakit, dan kekakuan di bagian tulang belakang serta sendi lain, seperti bahu, pinggul, tulang rusuk, atau tumit terutama terjadi di pagi hari. Sementara itu, pasien dengan PsA, umumnya menunjukkan gejala yang mirip tetapi biasanya disertai dengan psoriasis pada kulit, walaupun bisa juga terjadi tanpa artritis.
Pria memiliki peluang 3 kali lebih tinggi untuk menderita AS dibandingkan wanita. Penyakit ini bisa terjadi di segala usia, tapi umumnya mulai berkembang pada masa remaja atau dewasa awal (sekitar usia 20 tahunan). Hanya 5% mengalami gejala setelah umur 45 tahun.
Secukinumab, Inovasi Alternatif Pengobatan Baru Untuk Ankylosing Spondylitis (AS) dan Psoriatic Arthritis (PsA)
Secukinumab telah mendapatkan persetujuan Badan POM untuk mengobati Ankylosing Spondylitis (AS) dan Psoriatic Arthritis (PsA) pada bulan Januari 2019 lalu.
Sebelumnya, Secukinumab dinilai efektif mampu membantu pasien Psoriasis untuk mendapatkan kembali kulit yang bersih hingga 90%.
Saat ini, jenis pengobatan yang banyak digunakan untuk menangani, baik penyakit AS maupun PsA diantaranya adalah obat-obatan non-steroid anti-inflamasi (NSAID), obat anti-reumatik (DMARDs) dan yang terbaru adalah agen biologik.
dr. Rudy Hidayat, SpP-KR
dr. Rudy memaparkan bahwa tersedianya Secukinumab sebagai salah satu pilihan terapi agen biologik, diharapkan dapat membantu menjawab kebutuhan pengobatan pasien AS dan PsA di Indonesia agar bisa mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
Beberapa alternatif penatalaksanaan yang tersedia saat ini, baik untuk AS maupun PsA, lebih banyak bertujuan untuk memperbaiki kelainan pada postur tubuh, mencegah kecacatan, meningkatkan kemampuan pasien untuk kembali beraktivitas secara normal, dan mengurangi serta menekan rasa sakit dan peradangan.
dr. Rudy juga menjelaskan bahwa selain menggunakan obat untuk mengurangi serta menekan rasa sakit dan peradangan, pasien penderita AS dan PsA juga dapat melakukan terapi fisik. “Terapi ini berperan penting dalam perawatan, karena dapat membantu menghilangkan rasa sakit hingga peningkatan kekuatan dan fleksibilitas. Pasien AS dan PsA dapat melakukan latihan rentang gerak dan peregangan untuk membantu menjaga kelenturan sendi, serta mempertahankan postur tubuh yang baik. Posisi tidur dan berjalan yang tepat serta olah raga perut dan punggung dapat membantu menjaga postur tubuh tegak.
Tentang Novartis
Sebagai perusahaan kesehatan global terkemuka, Novartis menggunakan sains yang inovatif dan teknologi digital untuk menciptakan perawatan yang transformatif pada bidang medis yang memiliki kebutuhan.
Novartis menemukan inovasi pengobatan untuk meningkatkan dan memperpanjang kehidupan para pasien. Dalam perjalanan kami untuk menemukan pengobatan baru, kami secara konsisten menduduki peringkat di antara perusahaan-perusahaan top dunia yang berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan.
Jorge Wagner, President Director Novartis Indonesia
Jorge Wagner, President Director Novartis Indonesia, memaparkan komitmen Novartis Indonesia dalam meningkatkan sistem kesehatan di Indonesia, termasuk meningkatkan kesadaran masyarakat seputar isu kesehatan. “Pasien adalah prioritas kami yang utama.
Sebagai perusahaan kesehatan inovatif, Novartis berupaya untuk terus-menerus menemukan cara baru untuk meningkatkan kualitas hidup para pasien kami melalui penyediaan obat-obatan yang berkualitas, program-program edukasi kesehatan, serta menjalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait.
Novartis telah berkontribusi selama puluhan tahun di Indonesia. Melalui program Continuous Medical Education (CME), Novartis Indonesia telah berhasil melatih lebih dari 10.000 dokter dari berbagai area spesialis, dalam 3 tahun terakhir.
“Guna memastikan para pasien mendapatkan akses yang lebih baik terhadap obat-obatan kami, kami telah mendaftarkan 24 SKU produk kami dalam terapetik area yang berbeda ke dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Selain itu, dalam dua tahun terakhir ini, kami juga telah berhasil meluncurkan beberapa pengobatan alternatif untuk lima bidang terapi yang berbeda antara lain adalah psoriasis, gagal jantung penyakit retina, tumor neuro-endokrin, dan leukemia granulositik kronis,” pungkas Jorge.
Betapa beruntungnya saya bisa hadir di acara ini karena pengetahuan saya mengenai penyakit reumatik semakin bertambah, terutama mengenai SA dan PsA ini.
Jangan anggap enteng lagi untuk tiap gejala yang tetiba timbul, segera ke dokter! Tidak ada salahnya kita sedini mungkin melakukan pemeriksaan agar dapat terdeteksi sejak awal dan diberi pengobatan yang tepat.
Semoga para pasien penderita penyakit ini, termasuk ibunda saya tetap dan selalu semangat untuk melakukan perawatan, jangan bosan, dan harus disiplin, juga siap untuk mematuhi semua anjuran dokter.
Betapa beruntungnya saya bisa hadir di acara ini karena pengetahuan saya mengenai penyakit reumatik semakin bertambah, terutama mengenai SA dan PsA ini.
Jangan anggap enteng lagi untuk tiap gejala yang tetiba timbul, segera ke dokter! Tidak ada salahnya kita sedini mungkin melakukan pemeriksaan agar dapat terdeteksi sejak awal dan diberi pengobatan yang tepat.
Semoga para pasien penderita penyakit ini, termasuk ibunda saya tetap dan selalu semangat untuk melakukan perawatan, jangan bosan, dan harus disiplin, juga siap untuk mematuhi semua anjuran dokter.
0 komentar:
Posting Komentar